-->

Type something and hit enter

ads here
By On
advertise here
Economist Intelligence Unit (EIU) merilis biaya  hidup pada kota-kota dunia. pada data yang diterbitkan Kamis (15/3), London termasuk ke dalam salah kota dengan biaya hidup sangat rendah, yakni di posisi 30.
Dikutip dari Quartz posisi London adalah merupakan kota yang terendah dalam 20 tahun terakhir. Penurunan peringkat itu terjadi, dari Inggris menyatakan keluar dari Uni Eropa (Brexit) pada Juni 2016 lalu. Berakibat, pound terhadap dolar AS jatuh ke posisi terendah dalam sejarah.
Saat itu kurs pound di posisi USD 1,40. Pelemahan mata uang Inggris ini membuat barang-barang impor jadi lebih mahal, sehingga menaikkan biaya hidup penduduk asli Inggris. Namun bagi ekspatriat dan pelancong mancanegara, hal itu membuat biaya tinggal di London jadi lebih murah.
Namun dalam survei lain yang dilakukan HSBC, London mempunyai gaji bagi ekspatriat lebih tinggi dari rata-rata kota di dunia. Penghasilan ekspatriat di London sekitar USD 107.836, sedangkan rata-rata kota dunia sebesar USD 99.903.
Pemeringkatan biaya hidup kota-kota di dunia, dilakukan EIU pada dua tahun sekali. Daftar ini menjadi acuan bagi korporasi global, untuk memberikan besaran tunjangan biaya hidup, saat menugaskan staf mereka di kota-kota tersebut.
Dengan peringkat biaya hidup yang rendah, namun level gaji ekspatriat yang tinggi, membuat London menarik sebagai tempat tinggal bagi profesional. Tak mengherankan jika kota ini memiliki proporsi ekspatriat milenium tertinggi kedua (52%) di dunia.
Survei EIU dilakukan terhadap 400 acuan harga perorangan, untuk 150 produk kebutuhan harian. Survei dilakukan di 133 kota yang tersebar di 93 negara. 
Jika Inggris jatuh ke posisi terendahnya, kota dengan biaya hidup termahal di dunia ditempati oleh Singapura di posisi pertama. Sedangkan Paris ada di posisi kedua. Harga sebotol wine di Inggris misalnya, rata-rata USD 8,75 per botol jauh lebih murah dari harga di Paris USD 11,90.
Dari survei itu disebutkan, biaya hidup di Inggris secara umum lebih murah 30% daripada Paris, dan lebih murah 9% daripada Dublin yang ada di posisi ke-19.
Murahnya harga-harga barang di Inggris juga dipicu sengitnya persaingan di antara toko-toko ritel. "Persaingan yang ketat antara peritel Inggris telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir," kata Roxana Slavcheva, editor laporan Worldwide Cost of Living. 

Click to comment